dini hari sebelum adha
entah kenapa bulan Juli terasa seperti pembalasan dari bulan Mei lalu, semua bergerak serba cepat
aku menulis ini tepat dini hari, lepas mengejar dunia yang seperti tiada habisnya
dua hari ini udara tiba-tiba dingin, saat sahur hujan juga sempat turun. begitu pula kali ini
aku penasaran menyempatkan keluar rumah sebelum istirahat, mengingat sapi qurban esok hari diikat disamping rumah
total baru tiga, semua basah tapi tetap santai seolah menyambut kemenangan untuk mereka
tapi aku sendu, aku tidak bisa bersikap seperti mereka
jika dilihat lebih lama mata sapi memang selalu sayu, ditambah lagi air matanya yang merembes turun
ah aku tidak bisa, meski mereka ridho aku tidak bisa melihatnya
apalagi besok aku ikut memotong-motong lalu membagikan dagingnya
sebagai manusia yang masih cetek ilmu agama, aku jadi ingat kala nabi Ibrahim rela dengan tulus menyerahkan Ismail
anak paling dikasihinya, dengan tenang dan lapang
aku sama sekali belum berani membayangkan ketika berada diposisi itu. ah tidak bisa sepertinya
semoga hujan tidak berkelanjutan sampai pagi nanti. sungguh suhu dingin saja sudah cukup jadi teman sapi-sapi itu menyambut Ilahi
(jendela kamarku belum ditutup sampai dini hari ini)
renjana ;
Komentar
Posting Komentar